Pada hari ini Senin 18 Juli 2022 bertempat di balaidesa Japeledok telah diselenggarakan musyawarah desa Rembug Stunting. Acara ini dihadiri oleh Camat Pancur ( Bp Sukisno, S.Sos), Pendamping Desa (Bp Slamet), Pendamping Lokal Desa (Ibu Muallifah), tim RDS, dan semua lembaga desa. Dalam kesempatan ini Bapak Camat menjelaskan bahwa tingkat stunting di Kabupaten Rembang 14%, sehingga harapannya di tahun berikutnya dapat semakin menurun.

Selanjutnya pemaparan dari Bu Bidan Desa ( Ibu Heti Kusuma ), Stunting didesa Japeledok usia 0-5 tahun sejumlah 13 anak dan mengalami penurunan setiap bulan. Salah satu langkah pencegahan stunting adalah diawali dari calon pengantin yang akan menikah di ukur dari mulai berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Hasilnya akan muncul IMT yang merupakan penghitungan selama kehamilan kenaikan berat badan orang hamil. Stunting di kategorikan menjadi dua kategori : Stunting dari lahir ataupun dari perkembangan selama pertumbuhan. Di desa Japeledok ada satu anak yang stunting murni. Selain dari balita, pencegahan juga dari bumil yang berisiko risti dan KEK. 

Selanjutnya dari Pendamping Desa  ( Bp Slamet), bahaya anak stunting adalah bagi tumbuh kembang otak. Ciri-ciri anak stunting adalah jika tinggi badan lahir <48 cm,  pola asuh anak, penyakit menahun, dan keturunan. Usulan penanganan stunting yang perlu prioritas adalah kelas ibu dan anak, konseling gizi, sanitasi dan air bersih, jaminan kesehatan dan PAUD. Selanjutnya diusulkan penanganan : Kartu Indonesia Sehat, vitamin, kelas Stunting, mendatangkan ahli gizi, dan sosialisasi posyandu bahwa usia sekolah harus di PAUD kan.